PROFIL KUNZHONG

Terdorong oleh niatan untuk menjadikan diri sebagai bantuan bagi Gereja lokal Kalimantan Barat dalam mewartakan Kabar Gembira Tuhan, maka pada 28 Maret 1949, enam pastor muda CDD, yaitu Pastor Chang, Pastor Pian, Pastor Ma, Pastor Chow, Pastor Cu dan Pastor Lie sebagai pemimpinnya, menginjakkan kakinya di bumi katulistiwa Pontianak memenuhi undangan Vikaris Apostolik Mgr. Tarcisius Van Valenberg, OFM Cap untuk berkarya di bidang pastoral, khususnya di tengah-tengah masyarakat Tionghua Kalimantan Barat.

Di benak pastor-pastor muda CDD itu tertanam kokoh suatu keyakinan bahwa sekolah adalah sebuah sarana pewartaan Kabar Gembira paling efektif. Maka ketika pastor-pastor muda itu menyaksikan cukup banyak siswa-siswi tamatan SD yang akan melanjutkan pendidikan di SMP, sementara jumlah SMP masih sangat terbatas, tergeraklah hati mereka untuk membangun sebuah SMP bagi tunas-tunas bangsa tersebut. Tanpa perlu waktu lama pastor-pastor muda itu berhasil mendirikan sebuah SMP yang dinamai Pontianak Middle School (Kunzhong). Untuk mengelola SMP baru ini mereka membentuk sebuah panita yang disebut Panitia Pelaksana Pendidikan Kunzhong.

Karya pertama pastor-pastor muda CDD itu mendapatkan tanah yang subur di Bumi Katulistiwa, hingga dapat berkembang pesat dan menghasilkan unit-unit karya baru: Pontianak High School (1954, kemudian berubah menjadi SMA Kalimantan), TK/SD Santa Maria (1957), TK/SD Santu Yosef (1964). Perkembangan pesat karya-karya tersebut menuntut adanya suatu lembaga yang kompeten untuk mengelolanya secara profesional dan penuh kasih, maka pastor-pastor muda itu mendirikan yayasan yang mereka namai Yayasan Pendidikan Kalimantan. Di pangkuan Yayasan inilah unit-unit sekolah itu berganti nama menjadi SMP/SMA Santu Petrus, TK/SD Santa Maria, dan TK/SD Karya Yosef. Di tangan Yayasan ini pulalah lahir SMEP/SMEA Karya Yosef, yang hanya berumur 1 tahun saja.

Pastor-pastor generasi pertama itu menyadari bahwa mereka harus menua dan berlalu, karena itu mencari dan menyiapkan generasi penerus yang mereka pilih di antara pemuda-pemuda Kalimantan Barat. Dekade 90-an generasi pertama berlalu, namun pada saat yang sama generasi baru pun telah siap meneruskan karya mereka. Generasi penerus itu adalah Pastor Paulus, Pastor Hilarius Sutiono, Pastor Johan Lianto, Pastor Lodewyik T., dan Pastor Yandhie J.B. Dua diantara kelima pastor itu, yaitu Pastor Paulus dan Pastor Lodewyik, disiapkan untuk memegang estapet pelayanan karya-karya CDD di Kalimantan Barat, dan tiga pastor lainnya ditugaskan untuk berkarya di tanah Jawa.

30 September 1994, Pastor Yohanes Chow dari generasi pertama yang terakhir kembali ke pangkuan Bapa Surgawi, dan sejak saat itulah tanggungjawab pengelolaan karya-karya CDD di Pontianak diletakkan di bahu Pastor Lodewyik T.

Di masa pelayanan Pastor Lodewyik karya-karya CDD di Kalimantan Barat menghadapi tantangan berat abad 21. Tidak ada pilihan lain bagi Pastor Lodewyik selain menyambut tantangan itu dengan cerdas, berintegritas dan kerja tim yang solid. Oleh karena itu sejak awal masa pelayanannya Pastor Lodewyik secara konsisten berupaya untuk menyempurnakan semua aspek karya-karya CDD di Kalimantan Barat mulai dari manajemen, organisasi, fungsi layanan pendidikan, sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan zaman.