RINJA RAIH JUARA DALAM LOMBA KARYA ILMIAH

Agustinus Rinja Zernando adalah seorang guru muda di persekolahan asuhan Yayasan Pendidikan Kalimantan, tepatnya di SMA Santu Petrus Pontianak, yang berhasil meraih juara 2 dalam lomba karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kearsipan Pontianak dalam kategori umum yaitu peserta dari berbagai kalangan seperti wartawan, guru, dan mahasiswa.

Dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Trisila dalam Tradisi Masyarakat Dayak: “Adil Kak Talino, Bacuramin Kak Saruga, Basengat Kak Jubata”, Rinja mengangkat nilai-nilai budaya tradisi Dayak yang memiliki nilai edukasi bagi masyarakat. Nilai-nilai budaya yang terkadung di dalam Trisila Adil Kak Talino, Bacuramin Kak Saruga, Basengat Kak Jubata sangat relevan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Secara singkat trisila Adil Kak Talino, Bacuramin Kak Saruga, Basengat Kak Jubata itu adalah sebagai berikut:

1. Adil kak talino

Adil kak talino bermakna adil kepada sesama mencerminkan sila kelima: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Konsep keadilan dalam Adil kak talino senantiasa dikaitkan secara erat dengan hak dan kewajiban masyarakat. Dalam hal ini ada 4 jenis keadilan, yaitu: pertama keadilan komunitatif. Masyarakat Dayak berkeyakinan dan menetapkan bahwa kekayaan alam milik masyarakat secara bersama-sama, karena itu semua masyarakat berhak dan berkewajiban untuk menuai bersama-sama kekayaan alam dan membagikan sama rata hasil tuaiannya. Kedua kedilan distributif, yaitu memberikan kepada masyarakat apa yang menjadi haknya sesuai dengan tanggungjawabnya. Misalnya dalam kegiatan menuba. Menuba adalah kegiatan bersama menangkap ikan dimana hasil tangkapannya dibagi secara merata di antara sesama warga sesuai kontrubusinya. Ketiga keadilan korektif/venditatif dimana perilaku yang melanggar adat dikoreksi dan diberikan hukuman adat yang sesuai atau setimpal dengan kesalahannya. Keempat keadilan protektif dimana setiap warga berhak mendapatkan perlindungan, termasuk juga tersangka pembunuh berhak dan wajib diberikan perlindungan, karena ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu sesuai adat yang berlaku.

2. Bacuramin kak saruga

Bacuramin kak saruga (bercermin ke surga) mencerminkan sila keempat: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Surga merupakan tempat yang indah, damai dan tentram. Konsep dunia seperti di surga itulah yang dicita-citakan dalam filosofi masyarakat Dayak: dunia nan indah, damai dan tentram.

3. Basengat kak jubata

Basengat kak jubata bermakna bernafas kepada Tuhan. Hal ini mencerminkan sila pertama: “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Masyarakat Dayak percaya bahwa ada YANG lebih tinggi atau lebih mulia dari mereka, yaitu Jubata atau Tuhan. Manusia adalah ciptaanNya, bernafas daripadaNya dan akan kembali kepadaNya. Oleh karena itu, manusia Dayak selalu bapinta’ ka’ Jubata (memohon kepada Tuhan) supaya selamat di dunia dan di akhirat nanti.

Mengapa Rinja tertarik mengangkat topik Adil Kak Talino, Bacuramin Kak Saruga, Basengat Kak Jubata? Mengapa bukan budaya yang lainnya? Menurut Rinja dewasa ini ketertarikan para penulis untuk mengangkat budaya Dayak mulai berkurang. Oleh karena itu, sebagai kaum muda Rinja mencoba untuk menulis tentang budaya Dayak sebagai bentuk usaha untuk melestarikan budaya tersebut. Selain itu, Rinja juga keinginannya untuk menoreh prestasi di bidang sejarah sebagai wakil dari SMA Santu Petrus untuk mengharumkan nama persekolahan yang diasuh oleh Yayasan Pendidikan Kalimantan.

Secara pribadi Rinja berharap supaya generasi muda mampu melestarikan budayanya, karena bila tidak maka secara perlahan, tapi pasti budaya itu akan berlalu dan terlupakan bersama berlalunya waktu. Satu di antara sekian hal sederhana yang dapat dilakukan generasi muda adalah menulis. Rinja percaya bahwa pembangunan manusia yang paling baik berawal dari sisi budaya, yang artinya memanusiakan manusia.

(*Yosefha Ella)